Bupati Meranti, Muhammad Adil baru saja terjaring operasi tangkap tangan atau OTT KPK pada Kamis (6/4/2023) malam. Ia ditangkap bersama sejumlah orang
lainnya.
Sebelum terjerat OTT KPK, Bupati Muhammad Adil beberapa waktu lalu sempat
memantik kehebohan. Ia pernah mengancam Presiden Joko Widodo (Jokowi)
ingin pindah ke negeri sebelah Malaysia sampai angkat senjata.
Tak hanya itu, Muhammad Adil bahkan sampai marah-marah menyebut
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) isinya setan. Pernyataan Bupati
Kepulauan Meranti itu sontak menuai banyak sorotan.
Kontroversi Bupati Meranti itu mulanya terjadi kala ia menghadiri Rakornas bertema Perspektif
Daerah Penghasil berdasarkan UU nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang digelar pada Desember
2022 lalu.
Rapat itu dibuka langsung oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakili Staf
Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Pembangunan, La Ode Ahmad Pidana Bolombo.
Dalam rakornas itu, Bupati Muhammad Adil menyinggung soal dana bagi hasil
Rp 10 triliun yang diambil pemerintah pusat.
Padahal menurut Bupati, wilayahnya merupakan daerah miskin yang harusnya
mendapatkan perhatian lebih. Terlebih sudah menyumbangkan migas dalam
jumlah yang cukup besar.
"Kami juga masih bisa makan, daripada uang kami dihisap pusat. Karena
kami daerah miskin, migas kami ambil Rp 10 triliun. Jika daerah miskin,
esktrim, ada minyak, uangnya diambil, pemerataannya di mana," ujarnya.
Dia menegaskan agar pemerintah pusat harusnya memprioritaskan daerah yang
telah menyumbangkan hasil migas yang tergolong besar.
"Seharusnya kami yang jadi prioritas. Pak Jokowi sendiri target wajib 0
persen (angka kemiskinan). Bagaimana kami mau membangun rumahnya,
bagaimana kami mau mengangkat kemiskinan buruhnya, nelayannya,"
ungkitnya.
Muhammad Adil kemudian mengungkit bagaimana daerah miskin bisa berkembang
pesat jika produksi migas diambil tanpa ada transparansi dan bagi hasil
yang adil. Padahal pendapatan migas tersebut sangat diperlukan guna
mensejahterakan rakyatnya.
Dia pun mengungkapkan ribuan warga tidak bisa bekerja ke Malaysia saat
pandemi Covid-19 lalu. Kondisi tersebut memperparah kemiskinan, dan belum
mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat.
Karena itu, ia mengancam jika pemerintah pusat tidak mau urus daerah,
maka lebih baik memberikan Meranti ke negeri sebelah, Malaysia.
"Jika bapak (Presiden Jokowi) tidak mau urus, kasihkan kami ke negeri
sebelah," singgungnya.
Bahkan, ia pun mengungkapkan ancaman lainnya jika persoalan bagi hasil
migas masih tidak terselesaikan.
"Apa perlu Meranti angkat senjata," katanya.
Saking emosinya, ia sempat memastikan akan melakukan gugatan hukum
terhadap pembagian dana bagi hasil migas ini.
"Jika tidak bisa juga, kita ketemu di mahkamah. Izin pak, saya enek
menghadap bapak ini, saya lebih baik keluar," katanya lagi.
Tak hanya itu, terkait permasalahan ini, Muhammad Adil mengaku sudah tiga
kali berkirim surat ke Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk meminta
penjelasan melalui audiensi. Tapi dia mengaku tak puas karena jawabannya
selalu minta pertemuan secara online, sedangkan saat meminta audiensi di
Kemeterian Dalam Negeri bersedia offline.
"Sampai ke Bandung saya kejar orang Kemenkeu juga tidak hadir yang
kompeten, itu yang hadir waktu itu entah staf entah apa, sampai pada waktu
itu saya ngomong ini orang keuangan isinya iblis atau setan, nah hari ini
pak saya kejar lagi," ucap Adil.
Copas dari https://www.suara.com/news/2023/04/07/071937/kontroversi-bupati-meranti-dulu-ancam-ingin-pindah-ke-malaysia-kini-terjaring-ott-kpk
No comments:
Post a Comment